Menjadi Sosok Berwatak Genghis Khan
“Selalu ada Kebaikan dalam Setiap Ciptaan Tuhan”.
***
Apa yang terbayang dalam benak anda ketika mendengar nama Genghis Khan ? sebagian besar mungkin akan menjawab dengan kata yang hampir mirip dengan namanya yaitu Genghis = Bengis. Sejarah mencatat panglima perang besar ini telah menumpahkan darah dari jutaan manusia. Sebagian orang juga menganggap bahwa Sang Kaisar adalah reinkarnasi dari iblis yang berwatak manusia brutal dan barbar. Kalau memang demikian apa yang dapat dicontoh dari manusia kejam seperti itu ? Tidak pernah ada ciptaan Tuhan yang sia-sia meskipun hanya seekor nyamuk ataupun seorang Genghis Khan yang dianggap keji. Ada banyak pelajaran kebaikan yang dapat kita temukan dari setiap ciptaanNya. Sosok Genghis Khan memang penuh kontroversi, ada yang menganggapnya sebagai pahlawan, dan ada juga yang menganggapnya sebagai manusia yang kejam. Tulisan ini akan memberikan gambaran lain mengenai sosok Genghis Khan yang sesungguhnya memiliki watak yang mengagumkan. Saya akan sedikit berbagi mengenai kebaikan-kebaikan yang dapat kita pelajari dari sosok ini berdasarkan beberapa referensi diantaranya Film Dokumenter BBC The Life of Genghis Khan, Mongol, film karya Sergei Bodrov yang bercerita tentang kehidupan Genghis Khan dan meraih nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Award 2008, dan buku The Secret History of Mongols, sebuah buku terjemahan dari bahasa Mongolia terbitan RoutledgeCurzon Press tahun 2001 yang merujuk pada buku sumber asli yang kontroversial tentang Genghis Khan. Buku aslinya diperkirakan ditulis pada abad ke-13.
Sangat menarik untuk menelusuri kisah kehidupan sang Kaisar dari beberapa referensi tersebut. Kita dapat mengetahui bagaimana seorang buangan yang buta huruf mampu mempersatukan seluruh bangsa Mongolia, mengubah gerombolan-gerombolan berkuda bangsa tersebut menjadi mesin tempur yang kejam dan disiplin, membentuk pasukan dengan taktik revolusioner dan persenjataan jenius, dan memiliki kekuasaan kekaisaran yang terbentang meliputi hampir separuh daratan bumi dari Asia hingga Eropa Timur. Terlepas dari asumsi-asumsi yang buruk tentang bangsa Mongol, mari sejenak kita membuka wawasan kita untuk memahami pelajaran apa saja yang dapat kita temukan dari salah satu ciptaan Tuhan yang bernama Genghis Khan ini :
Bakti kepada kedua orang tua
Perubahan mendasar dalam diri Genghis Khan yang bernama asli Temujin terjadi ketika ayahnya meninggal. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar dalam perjalanan pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat untuk memilh calon istrinya. Kehidupan bangsa Mongolia saat itu amat keras, perkelahian antar suku dan klan untuk menjadi kelompok yang paling disegani dan berkuasa merupakan hal yang biasa. Bakti Temujin ditunjukkan dengan keberhasilannya dalam melaksanakan perintah ayahnya untuk menyisihkan lawan-lawan yang telah menghancurkan klan mereka. Genghis Khan juga selalu mengkhawatirkan keselamatan Ibunya dan tidak melupakannya setelah harus terpisah sekian tahun lamanya sejak Ia ditawan musuh. Melalui pengembaraan yang panjang akhirnya Temujin dapat menemukan kembali Ibunya.
Kesetiaan dan cinta.
Motivasi terbesar kedua yang ada dalam diri Temujin dalam mengalahkan musuh-musuhnya adalah karena kesetiaan dan kekuatan cinta. Dalam kebudayaan Mongolia saat itu, anak yang berusia kurang dari 10 tahun sudah harus dapat memilih pasangan hidupnya untuk kemudian menikahinya dalam beberapa tahun kemudian. Musibah kematian ayahnya telah membuat Temujin terpisah lama dengan Borte, calon istrinya. Waktu pernikahan yang dijanjikan pun tidak sesuai harapan. Namun hanya ada satu wanita pilihan yang ada dalam diri Temujin yaitu Borte. Pengembaraan utamanya hanya ditujukan untuk mencari ibu dan calon isterinya. Tragedi penculikan sang isteri dikala mereka masih menikmati masa-masa bulan madunya semakin mengubah jalan hidup Temujin. Hasrat untuk mengalahkan musuhnya kini selain untuk membalaskan dendam orang tuanya juga untuk membalaskan dendam atas penculikan isterinya.
Setia dalam persahabatan
Dalam pengembaraannya setelah kematian ayahnya. Temujin menemukan seorang sahabat yang bernama Jamukha. Jamukha pun kemudian menjadi saudara angkat Temujin. Jamukha dan pasukannya menjadi pihak pertama yang membantu Temujin untuk menyelamatkan isterinya yang telah diculik oleh Suku Merkit. Temujin juga membalas kebaikan itu dengan menyelamatkan Jamukha yang hampir terbunuh oleh Suku Merkit. Perlahan-lahan, persekutuan kedua orang sahabat ini berhasil mengalahkan musuh-musuh dari suku lainnya sehingga menjadikan mereka berdua disegani oleh suku-suku tersebut.
Tidak tamak akan harta
Kemenangan yang diperoleh Jamukha dan Temujin memberikan mereka harta rampasan perang. Berbeda dengan Jamukha yang tamak akan harta, Temujin membagikan 9/10 bagian harta rampasan perang kepada prajurit-prajurit yang berada di bawah kendalinya, sementara itu ia hanya menikmati 1/10 bagian sisanya. Sikap inilah yang kemudian membuat prajuritnya setia dan bahkan membuat dua orang prajurit andalan Jamukha membelot dan mengabdi kepada Temujin. Kejadian inilah yang kemudian menjadi awal perpecahan dari kedua saudara angkat itu.
Memiliki sikap spiritual yang tinggi
Kepercayaan bangsa Mongol saat itu adalah kepercayaan Shamanisme yang bersifat polytheisme. Mereka mempercayai dan menuhankan alam seperti langit, bulan, matahari, bintang, gunung, dsb. Terlepas dari benar atau tidaknya agama yang mereka anut, hikmah yang dapat kita pelajari dari semua ini adalah kekuatan spiritual yang tinggi dari Temujin. Ia selalu berdoa dan berserah diri pada kekuatan yang diyakini dapat membantunya mencapai keinginannya . Kepasrahan diri ini berlangsung sejak ia kecil dalam penderitaan yang bertubi-tubi hingga ia harus mengalami pertempuran yang paling menentukan dalam hidupnya, yaitu menjadi penguasa besar Mongolia melawan saudara angkatnya sendiri Jamukha. Kepasrahannya yang begitu tinggi terhadap kekuatan yang ia sembah juga telah membantunya memberikan kemenangannya yang gemilang dalam berbagai pertempuran.
Tidak pernah melupakan pertolongan orang lain
Sosok yang paling diingat oleh Temujin adalah orang tua yang telah memberikannya makanan dan minuman ketika ia sedang menjadi tawanan salah satu suku Mongol semasa kecilnya. Saat ia menjadi kaisar, Temujin memerintahkan pasukkannya untuk membangunkan tenda disamping tenda yang dimilikinya untuk orang tua tersebut, dan menghadiahkannya seratus ekor kuda. Temujin juga selalu mengenang pertolongan seorang biksu dari kerajaan Tangut, yang telah memiliki firasat bahwa kelak bangsa Mongol akan menghancurkan kerajaan tersebut. Satu pesan dari biksu itu adalah ketika masa itu tiba dan bangsa Mongol memang menghancurkan kerajaan Tangut, jangan sampai memusnahkan kuil dan buku-buku yang ada di dalamnya. Firasat itu kemudian menjadi kenyataan dan Temujin selalu mengingat perkataan biksu tersebut dengan tidak menghancurkan kuil dan buku-buku yang dimiliki kerajaan Tangut.
Kepeduliannya terhadap rakyat kecil dan prajuritnya
Setelah ia berhasil menaklukkan musuh-musuh ayahnya dan suku yang telah menculik isterinya., Tujuan Temujin berikutnya adalah mempersatukan bangsa Mongolia yang terpecah belah, senang berkelahi, dan menjarah harta rakyat kecil. Keadaan Mongolia dibawah kepemimpinan Jamukha saat itu membuat Temujin miris. Ia pun kemudian melaksanakan niatnya dengan mengumpulkan pasukan yang dimilikinya untuk melawan Jamukha. Setelah ia berhasil memperoleh kekuasaannya, Ia memiliki keingian yang mulia yaitu melakukan ekspansi seluas-luasnya demi kemakmuran rakyat dan prajuritnya. Di dalam buku The Secret History of Mongols, Temujin berkata, My soldiers are as numerous as forests, and their women could form a large unit within the army. I want to feed them with juicy meat, let them live in beautiful yurts, and let them pasture their livestock on rich soil. (Onon, 2001) Temujin juga tidak pernah memaksakan prajuritnya diluar batas kemampuan yang dimilikinya. He was known for his personal concern for his men, and was careful not to drive them beyond the limits of their endurance. (Onon, 2001)
Pemimpin yang visioner
Nenek moyang Bangsa Mongolia terkenal sebagai bangsa nomadic yang senang mengembara dan hidup berpindah-pindah, mereka tidak memiliki rumah yang tetap. Mereka hidup bermukim di tenda-tenda. Meskipun Temujin dibesarkan dalam kebudayaan nomadic,Pada masa kepemimpinanya. Ia membangun ibu kota kerajaan permanen, Karakorum menjadi tempat pilihannya dan ia ingin menjadikannya sebagai pusat dagang dan budaya yang besar. Genghis Khan ingin bangsanya sejahtera dari penaklukan yang dilakukannya. Ia menginginkan rakyatnya memakan daging yang empuk, hidup dalam tenda yang indah dan mengembalakan ternak-ternak mereka di tanah yang subur. Apa yang ia lakukan untuk mencapai kesejahteraan masyakarakat seperti itu ? Ia mengimpor pengetahuan dan teknologi militer dari China, mendirikan korps pelatihan medis dengan tabib-tabib China, memerintahkan pengikutnya untuk melakukan kodifikasi atas catatan dan peraturan darinya sebagai cikal bakal hukum dan perundang-undangan di masa kekaisarannya, tidak seorangpun diperbolehkan memiliki budak dari bangsa Mongol, dan tiap suku diberikan kebebasan untuk menentukan tanahnya sendiri. Meskipn Genghis Khan seorang yang buta huruf tetapi ia paham betul dengan kekuatan tulisan dan ia tidak menginkan rakyatnya seperti itu dan memerintahkan agar warisan kekuasaannya tercatat untuk generasi mendatang.
Kemampuan dalam mengelola emosi
Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi adalah orang yang mampu mengelola dan menanfaatkan emosinya pada saat yang tepat. Bentuk emosi dapat berupa kesedihan, kemarahan, cinta, takut ,dsb. Jika kita melihat kedua film tentang Genghis Khan dan buku tersebut, kita akan menemukan sosok Temujin adalah seseorang yang mampu mengelola emosinya dengan baik. Setiap penumpasan yang kejam dan tanpa ampun selalu ia lakukan dengan penuh kesadaran atas manfaat dan akibatnya, bukan dengan keadaan membabi buta. Tempaan alam, hinaan dan penderitaan yang bertubi-tubi yang dimilikinya membuatnya tahu bagaimana mengelola dendam yang dimilikinya menjadi sumbu motivasi yang amat dahsyat. Ia tahu kapan harus membalas dendam dan kapan harus memaafkan seseorang meskipun orang tersebut telah menyiksanya. Penyerangan yang dilakukannya terhadap kesultanan Khawarizm yang menghabiskan darah sejuta manusia di kawasan Persia juga bukan dengan alasan yang membabi buta dan haus kekuasaan. Keinginan Genghis untuk membuka jalur perdagangan dengan Kesultanan Khawarizm ternyata dibalas dengan pengiriman penggalan kepala utusan Sang Kaisar. Meskipun ganas di medan pertempuran Sang Kaisar juga seorang pemaaf, Tindakan untuk memaafkan Jamukha merupakan sikap yang amat brilliant dan sulit untuk ditiru. Jamukha awalnya memang banyak memberikan pertolongan kepada Genghis namun dalam perjalanannya Jamukha sendirilah yang menghancurkan kehidupan Genghis dengan menyiksanya dan menjualnya sebagai budak akibat perebutan kekuasaan yang tak sehat. Genghis Khan pun tidak mau menuruti permintaan Jamukha untuk menghukum dirinya.
Memegang teguh kepercayaan dan komitmen
Dalam satu pertempuran dengan suku Mongolia, Genghis Khan hampir terbunuh oleh salah seorang jenderal dari suku tersebut, namun berhasil menyelamatkan diri dan diakhir peperangan kemenangan berada di pihak Genghis Khan. Salah satu tawanan perang tersebut adalah jenderal yang hampir membunuhnya, hanya dengan bermodal kepercayaan dan sumpah setia dari jenderal tersebut Genghis mengangkatnya menjadi salah satu jenderal kepercayaanya. Sikap ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa Genghis Khan tahu benar bagaimana mengelola amarah, ia tahu benar kapan suatu dendam itu dapat bermanfaat dan kapan tidak.
Ahli strategi perang yang handal
Ada tiga orang panglima perang yang amat saya kagumi, pertama Nabi Muhammad SAW, Genghis Khan dan Sun Zu. Menurut saya Genghis Khan orang terhebat kedua dalam peperangan setelah Rasullullah. Keduanya banyak memiliki kesamaan. Rasulullah dan Genghis Khan sama-sama menggabungkan kepasrahan diri terhadap Tuhan dengan strategi perang yang handal dalam setiap peperangan yang dilakukannya. (meskipun dalam konteks Tuhan yang disembah jauh sekali berbeda). Kondisi peperangan yang dihadapi juga sama yaitu mereka berdua mampu menghadapi pasukan yang amat besar dengan jumlah pasukan yang lebih kecil. Keduanya juga nyaris tidak pernah kalah dalam peperangan, memiliki perhatian yang amat tinggi terhadap pasukannya, menghidari pembunuhan terhadap wanita dan anak kecil dan meminimalisir setiap korban dari prajuritnya sendiri. Yang terakhir adalah kesamaan strategi perang yang dilakukan dengan didasarkan atas lima elemen penting yaitu kecepatan, serangan mendadak, gagah berani, variasi taktik, dan disiplin ketat. Di dalam The Secret History of Mongolsbahkan diuraikan secara rinci mengenai 16 variasi taktik perang yang diterapkan oleh Genghis Khan dalam setiap peperangannya.
Itulah sekelumit pelajaran yang menarik dari seorang Genghis Khan. Tentang perilaku buruknya ??. Bagaimanapun juga pembantaian yang telah dilakukannya tetap akan mendapatkan pembalasan yang setimpal dari Tuhan. Tuhan akan membalas setiap pembunuhan yang dilakukan terhadap nyawa yang tidak berdosa dan atas makhluk yang tidak membuat kerusakan di muka bumi. Tetapi penciptaan Genghis Khan juga tidak terlepas dari skenario Tuhan yang Maha Kuasa. Setiap ciptaan dan skenario Tuhan yang telah berlalu selalu dapat kita ambil hikmah dari sisi kebaikannya. Bagaimana dengan pandangan umat Islam terhadap Genghis Khan yang melakukan penyerangan di kesultanan Khawarizm. Penyerangan ini merupakan langkah awal kesuksesan bagi penyerbuan berikutnya oleh Hulagu Khan ke Baghdad yang semakin memundurkan peradaban Islam ? Kita harus memandangnya dari sisi yang positif juga. Saat itu kekhalifahan Islam sesunguhnya telah banyak melakukan banyak penyimpangan. Kesombongan, keangkuhan, perpecahan antar umat, perebutan kekuasaan antara bani Umayyah dan Abassiyah dan ketamakan atas gelimang harta dunia telah meliputi masa kekhalifahan Abassiyah di zaman tersebut. Dengan demikian datangnya bangsa Mongol menaklukkan peradaban Islam juga sesunguhnya merupakan pelajaran, ujian dan peringatan yang berharga dari Tuhan bagi umat Muslim agar tidak selalu berpecah belah memperebutkan kekuasaan
http://arifperdana.wordpress.com/2009/08/11/menjadi-sosok-berwatak-genghis-khan/
No comments:
Post a Comment